Kisah ini benar berdasarkan apa yang tertulis di dalam al Quran...
Pada suatu ketika Nabi Musa telah memenuhi panggilan Allah..Beliau naik ke Gunung Sina (Thursina) setelah beliau menyempurnakan 40 malam yang diisi dengan puasa dan beribadah sendirian di atas gunung itu. Allah SWT pun berfirman dan menurunkan wahyu kepada beliau dalam Kitab Taurat. Kemudian Nabi Musa a.s pun sangat rindu untuk melihat wajah Allah yang telah berkata-kata kepadanya wajah Rabb-Nya
"Dan tatkala Musa a.s datang menurut waktu yang telah kami tentukan. Dan telah berfirman Rabb nya kepadanya : berkatalah ia , Ya Rabb perlihatkanlah (dirimu) kepadaku, agar aku dapat memandang Engkau"
Berkatalah Allah : "Engkau sekali-sekali tidak akan mampu melihat-Ku, tetapi arahkanlah pandangan engkau ke gunung itu. Maka jika ia tetap pada tempatnya, Nescaya engkau dapat melihat-Ku"
Setelah mendengar permintaan Nabi Musa a.s itu. Kemudian Allah SWT berfirman : "Wahai putra Imran, sesungguhnya tidak akan ada yang sanggup untuk melihat-Ku, kemudian ia mampu untuk hidup"
Nabi Musa a.s berkata : "Ya Rabbi, tidak ada sesuatupun yang menyekutu-Mu, sesungguhnya melihat-Mu dan kemudian mati itu lebih aku sukai daripada aku terus hidup tanpa melihat-Mu..Rabbi sempurnakanlah nikmat, anugerah dan hikmat-Mu kepada ku dengan mengabulkan permohonanku ini..setelah itu aku rela mati"
Ibnu Abbas r.a, sahabat Rasulullah SAW meriwayatkan bahwa ketika Allah mengetahui Nabi Musa a.s ingin dikabulkan, maka Allah berfirman : "Pergilah engkau, dan lihatlah batu di atas puncak gunung itu, duduklah engkau di atas batu itu, kemudian Aku akan menurunkan bala tentera-Ku kepadamu"
Dan ketika telah sampai di puncak tersebut, maka Allah pun menurunkan bala tentera-Nya, para Malaikat hingga langit ketujuh, untuk menampakkan diri kepadanya. Diperintahkan para Malaikat penghuni langit pertama untuk menampakkan diri di hadapan Nabi Musa a.s sambil mengeraskan suara tasbih, tahlil mereka bagaokan suara petir yang menyambar-nyambar.
Kemudian para Malaikat penghuni langit kedua diperintahkan untuk menampakkan diri, dengan warna dan bentuk yang beraneka ragam, mereka bersayap dan memiliki raut wajah, diantaranya ada yang berbentuk seperti singa. Berlalu di hadapan Nabi Musa a.s sambil mengeraskan suara-suara tasbihnya.
Mendengar teriakan-teriakan tersebut, Nabi Musa merasa ngeri dan berkata : Ya Rabbi, sesungguhnya aku menyesal atas permohonanku. Apakah Engkau berkehendak untuk menyelamatkanku dari tempat ini?
Pimpinan dari kelompok Malaikat tersebut berkata:
Hai Musa, bersabarlah atas apa yang engkau minta, apa yang engkau lihat ini baru sebahagian kecil saja.
Allah SWT memerintah para penghuni langit ketiga turun. Lalu keluarlah malaikat-malaikat yang tidak terhitung jumlahnya dengan beraneka ragam bentuk dan warnanya. Ada yang seperti api yang menjilat-jilat, mereka memekikkan tasbih , tahlil dengan suara hiruk pikuk menggelegar.
Nabi Musa semakin berputus asa dan kelompok Malaikat itu berkata : Wahai Musa, bersabarlah hingga engkau tidak sanggup melihat-Nya.
Kemudian penghuni langit keempat turun. Ada yang berbentuk seperti kobaran api yang menjilat-jilat, ada yang seperti salju. Dengan suara melengking mereka memekikkan tasbih dan tahlil.
Demikianlah penghuni dari setiap langit turun satu demi satu. Semua Malaikat tersebut bergerak maju sambil cahayanya menyambar semua mata yang ada. Mereka yang datang membawa tombak yang sangat panjang dan lebar. Tombak-tombak itu bagaikan api yang bersinar terang benderang melebihi sinaran matahari.
Nabi Musa a.s menangis dan meratap. Ya Rabbi, ingatlah aku, janganlah Engkau lupakan diriku. Aku adalah hamba-Mu. Aku tidak mempunyai keyakinan bahawa aku akan terselamat dari tempat ini. Jika aku keluar maka aku akan terbakar, jika aku masih disini aku akan mati.
Ketua para Malaikat itu pun berkata : Nyaris dirimu dipenuhi ketakutan dan nyaris hatimu terlepas wahai Musa. Tempat yang engkau gunakan untuk duduk adalah tempat yang akan engkau pergunakan untuk melihat Rabb.
Kemudian turunlah Malaikat Jibril a,s, Mikail a.s dan Israfil a.s beserta seluruh Malaikat penghuni langit ketujuh, termasuk pemikul Al Arsy dan Al Kursi. Mereka secara bersama-sama menghadap kepada Nabi Musa a.s sambil berkata :
"Wahai orang yang terus menerus salah.Apa yang menyebabkan mu naik ke atas bukit ini. Mengapa engkau memberanikan diri meminta Rabbmu untuk dapat melihat diri-Nya?Nabi Musa a.s gementar hingga kedua belah lututnya seakan-akan luruh dari persendian.
Ketika Allah melihat itu, maka ditampakkanlah tiang-tiang penjaga Al Arsy ,lalu Nabi Musa a.s bersandar pada salah satu tiang tersebut hingga hatinya tenang.
Malaikat Israfil berkata: Hai Musa, demi Allah, kami ini sekalipun pemimpin para Malaikat, sejak kami diciptakan kami tidak berani mengangkat pandangan mata kami ke arah Al Arsy. Kerana kami sangat khawatir dan sangat takut kepada Allah. Mengapa engkau berani melakukan ini wahai hamba yang lemah??
Setelah hatinya tenang, Nabi Musa menjawab : "Wahai Israfil, aku ingin mengetahui akan Keagungan Wajah Rabb-ku yang selama ini aku belum pernah melihat-Nya"
Kemudian Allah menurunkan wahyu kepada Langit : Aku akan menampakkan Diri pada gunung itu.
Maka bergetarlah seluruh langit dan bumi, gunung, matahari, bulan, mega, syurga, neraka, para Malaikat dan samudera. Semua bersungkur sujud, sementara Nabi Musa a.s masih memandang ke arah gunung itu.
Tatkala Rabb-Nya menampakkan diri di atas gunung, maka hancur luluhlah gunung itu dan Nabi Musa pun jatuh pengsan. Nabi Musa a.s seakan-seakan mati kerana pancaran Cahaya Allah SWT yang Mulia dan ia terjatuh dari batu dan batu itu sendiri terjungkal terbalik menjadi semacam kubah yang menaungi Nabi Musa a.s agar tidak terbakar Cahaya.
Kemudian Allah mengutus Malaikat Jibril a.s untuk membalikkan batu itu dari tubuhnya. Wajah Nabi Musa a.s memancarkan cahaya kemuliaan, rambutnya memutih kerana cahaya.
"Maka setelah Musa tersedar kembali, dia berkata: Maha Suci Engkau, aku sungguh menyesal dan bertaubat kepada-Mu dan aku adalah orang yang pertama kali beriman"
(QS. Al A'raf)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan